Secara morfologis kata kesusastraan, yang ludang keringh sering hanya disebut sastra, sanggup diuraikan atas konfiks ke-an yang berarti 'tiruana yang berkaitan dengani, prefiks su 'baik, indah, berguna' dan bentuk dasar sastra yang berarti 'kata, tulisan, ilmu'.
Jadi, berdasarkan uraian di atas kesusastraan yaitu tiruana yang berkaitan dengan goresan pena yang indah. Sedang berdasarkan arti istilah, kesusastraan atau sastra ialah cabang seni yang memakai bahasa sebagai medium.
Umumnya dikatakan bahwa keindahan atau skor estetis suatu cipta sastra timbul lantaran adanya keserasian, kesepadanan, atau keharmonisan antara isi (= topik, amanat) dengan bentuk (= cara pengungkapan isi).
Keindahan inilah yang kemudian merebut perhatian pembaca, dan menarik mereka ke dalam penghayatan terhadap cipta sastra tersebut. Adanya skor keindahan itulah yang membangkitkan perasaan hati, sedih, gembira, puas atau sebaliknya kecewa di dalam batin pembaca.
a. Sejarah Kesusastraan
Yang dimaksud dengan sejarah kesusastraan di sini ialah keterangan yang membeberkan perkembangan kesusastraan dari mulai timbulnya hingga sekarang. Kesusastraan Indonesia sanggup dikatakan berawal dari jenis sastra lisan yang disampaikan secara leluri atau dari verbal ke mulut. Sumber karya sastra Indonesia tertua berbentuk tambo karya Tuno Muhamad Sri Lanang, yaitu Sejarah Melayu (1615).
Penulisan sastra kemudian dikembangkan oleh penggerak masa peralihan, yaitu Abdullah bin Abdulkadir Munsi, yaim pada tahun 1797. Setelah itu muncul Angkatan Balai Pustaka (1920-an), Angkatan Pujangga Baru (1930-an), Angkatan 45, Angkatan 50, Angkatan 66, dan hingga sekarang. Pembagian kesusastraan berdasarkan perkembangan jaman di Indonesia yang juga disebut Periodisasi Kesusastraan Indonesia yaitu sebagai diberikut:
I. Kesusastraan Lama :
1. masa Purba.
2. masa Hindu-Arab.
II. Kesusastraan Peralihan :
1. masa Abdullah bin Abdulkadir Munsi.
2. masa Balai Pustaka (1920-an )
III. Kesusastraan Baru :
1. masa Angkatan Pujangga Baru.
2. masa Angkatan 45.
3. masa Angkatan 50.
4. masa Angkatan 66.
b. Ragam Karya Sastra
Ragam karya sastra secara garis besar ada dua, yaitu :
1. Prosa
Prosa ialah karangan yang tidak terikat, yang ditonjolkan yaitu isi dan keindahan bahasanya;
2. Puisi.
Puisi yaitu karya sastra yang terikat oleh rima, irama, dan bait.
Puisi ini merupakan bentuk karya sastra yang terikat oleh jumlah bait, jumlah larik tiap bait, jumlah silaba tiap larik, dan rima.
c. Puisi Lama :
1. Mantra
Mantra merupakan salah satu bentuk puisi orisinil Indonesia terdiri atas beberapa bait dengan rangkaian kata yang beskor ritmis. Bahasa mantra dianggap mengandung kekuatan magis, oleh karenanya tidak tiruana orang dizinkan membacanya kecuali pakarnya, yaitu pawang.
Pasu jantan, pasu rencana
Tutup pasu, penolak pasu
Kau menantang pada aku
Terjantang mataku
Jantungku sudah kugantung
Hati kamu sudah kurantai
Sipulut namanya usar
Berderailah daun selasih
Aku tutup hati yang besar
Aku gantung pengecap yang fasik
Jantungku sudah kugantung
Hatiku sudah kurantai
Rantai Allah, rantai Muhammad
Rantai Baginda Rasulallah
2. Pantun
Bentu puisi orisinil Indonesia yang biasanya tiap bait terdiri atas empat baris yang dibagi atas dua baris pertama mempakan sampiran, dan dua baris diberikutnya merupakan isi. Rimanya yaitu a b a b.
Berburu ke padang datar
menerima rusa belang kaki
Berguru kepalang didik
bagai bunga kembang tak jadi
3. Karmina atau Pantun kilat
Pantun terdiri atas 2 larik; 1 sampiran dan 1 isi
Sudah gaharu cendana pula
Sudah tahu bertanya pula
4. Talibun
Terdiri atas 6 larik: 3 sampiran, 3 isi
Kalau anak pergi ke lepau
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli lampau
Kalau anak pergi merantau
lbu cari sanakpun cari
lnduksemang cari lampau
5. Seloka atau Pantun Berkait
Ada pertalian antarbait pantun yang satu dengan yang lainnya
Lurus jalan ke Payakumbuh
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tidak akan rusuh
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan
turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan
kemana untung diserahkan
6. Gurindam
Gurindam yaitu puisi usang yang berasal dari Tamil (India). Tiap bait terdiri ganjal dua baris, diberisi nasihat. Pengarang gurindam yang dikenal yaitu Raja Ali Haji dengan karyanya yang berjudul Gurindam Dua Belas.
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu akan tersesat
Barang siapa tinggalkan sembahyang
Bagai rumah tiada bertiang
Jika suami tak berhati lurus
Istripun kelak memadi kurus
7. Syair
Merupakan puisi usang yang berasal dari Arab. Tiap bait terdiri atas empat baris. Tiap baris biasanya memiliki delapan hingga dua belas silaba (suku kata). Isinya kisah den rimanya yaitu a a a a.
Bulan purnama cahaya terang
bintang ibarat intan di karang
Pungguk merawan seorang-orang
Berahikan bulan di amah seberang
Pungguk becinta pagi dan petang
melihat bulan di pagar bintang
Terselap merindu dendamnya tiba
dari saujana pungguk menentang.
d. Puisi Baru
Bentuk puisi ini berbait dan diberirama tetapi tidak terikat oleh jumlah bait, jumlah baris, jumlah silaba dan rima. Puisi gres ludang keringh mementingkan isi daripada irama.
Berdasarkan isinya, puisi gres dibedakan atas balada, elegi, romans, ode, himne, epigram, dan satire.
1. Balada :
bentuk puisi gres yang isinya berupa kisah dan kisah perjalanan hidup seseorang.
2. Elegi :
bentuk puisi gres yang diberisi kesedihan, bunyi sukma yang meratap, batin yang mengeluh, serta tangisan hati.
3. Romans :
bentuk puisi gres yang isinya merupakan luapan perasaan menyayangi, cinta terhadap sesama.
4. Ode :
bentuk puisi gres yang isinya berupa senjungan kepada pahlawan. Bentuk puisi ini juga dikatakan puisi kepahlawanan.
5. Himne :
bentuk puisi gres yang isinya berupa sanjungan terhadap Tuhan.
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
6. Epigram :
bentuk puisi gres yang isinya mengandung semangat yang ditujukan kepada generasi muda.
Hari ini tak ada daerah berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun niscaya tergilas.
(Iqbal)
7. Satire :
Bentuk puisi gres yang diberisi sindiran.
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak wacana anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
Berdasarkan jumlah lariknya, puisi gres dibedakan atas :
• distikon (2 larik),
• terzina (3 larik),
• kuatrin (4 larik),
• selestet atau dobel terzina (6 larik),
• septima (7 larik),
• oktaf (8 larik), dan
• soneta (14 larik).
e. Prosa Lama
Prosa usang cenderung bersifat imajinatif, istanasentris, didaktif, anonim, dan bentuk serta isinya statis, sedangkan prosa gres bersifar realistis (melukiskan kenyataan sehari-hari), dinamis atau mengalami perubahan terus-menerus sesuai dengan pembahan masa, dan tidak anonim.
Yang termasuk prosa usang ialah:
A. Dongeng
yaitu bentuk prosa usang yang semata-mata berdasarkan khayal dan disampaikan secara lisan, Selanjutnya dongeng dibedakan lagi alas:
1. Fabel
dongeng yang tokoh-tokohnya yaitu hewan
Contoh:
Kancil Yang Cerdik
Bayan Budiman
2. Legenda
dongeng yang isinya dikaitkan dengan keunikan atau keajaiban alam
Contoh:
Asal-usul Kota Banyuwangi
Sangkuriang
3. Sage
dongeng yang mengandung unsur-unsur sejarah
Contoh :
Darmuawulan
Terjadinya Kota Majapahit
4. Mite
dongeng lentang dewan-dewa atau makhluk lain yang diauggap memiliki sijat kedewaan, dan sakral
Contoh:
Cerita Gerhana
Nyi Loro Kidul
Hikayat Sang Boma
5. Epos
Wiracarita/dongeng kepahlawanan
Contoh:
Ramayana
Mahabarata
6. Dongeng Jenaka
dongeng yang menceritakan kebodohan atau sikap seseorang yang penuh kejenakaan atau lawakan
Contoh:
Pak Pandir
Pak Belalang
Si Lebai Malang
Abu Nawas
B. Hikayat
yaitu prosa usang yang isinya mengenai kejadian-kejadian di lingkungan istana, wacana keluarga raja.
Contoh:
Hikayat Hang Tuah
Hikayat Si Miskin
Hikayal Panca Tantra
Hikayat Panji Semirang
Hikayat Dalang Indra Kusuma
Hikayat Amir Hamzah
C. Silsilah atau tambo,
yaitu semacam sejarah, tetapi isinya sudah bercampur dengan khayalan sehingga banyak kisah yang tidak tercerna oleh pikiran sehat.
Contoh:
Sejarah Melayu
HikayatRaja-raja Pasai
Sejarah Melayu-Bugis
f. Prosa Baru
Yang tergolong prosa gres yaitu roman, novel, cerpen, biografi, drama, kritik, dan esai.
a. Roman
Bentuk prosa gres yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak hingga cukup umur atau meninggal dunia. Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai diberikut:
1. Roman bertendens,
yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang sanggup dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh:
Layar Terkembang oleh : Sutan Takdir Alisyahbana.
Salah Asuhan oleh: Abdul Muis.
Darah Muda oleh: Adinegoro.
2. Roman sosial,
memdiberikan gambaran wacana keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan.
Contoh:
Sengsara Membawa Nikmat oleh: Tulis St. Sati.
Neraka Dunia oleh: Adinegoro.
3. Roman sejarah,
yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh:
Hulubalang Raja oleh: Nur St. Iskandar.
Tambera oleh: Utuy Tatang Sontani.
Surapati oleh: Abdul Muis.
4. Roman psikologis,
yaitu roman yang ludang keringh menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan sikap tokoh utamanya.
Contoh:
Atheis oleh: Achdiat Kartamiharja.
Katak Hendak Menjadi Lembu oleh: Nur St. Iskandar.
Belenggu oleh: Armijn Pane.
5. Roman detektif,
yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang biro polisi yang tugasnya membongkar banyak sekali kasus kejahatan.
Contoh:
Mencari Pencuri Anak Perawan oleh: Suman HS.
Percobaan Seria oleh: Suman HS.
Kasih Tak Terlerai oleh: Suman HS.
b. Novel
Berasal dari Italia yaitu novella 'diberita' . Bentuk prosa gres yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut menimbulkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel ludang keringh pendek daripada roman dan ludang keringh panjang dari cerpen.
Contoh:
Ave Maria oleh: Idrus
Keluarga Gerilya oleh: Pramoedya Ananta Toer.
Perburuan oleh: Pramoedya Ananta Toer.
Ziarah oleh: Iwan Simatupang.
Surabaya oleh: Idrus
c. Cerpen
Cerpen Bentuk prosa gres yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak mengakibatkan perubahannasib pelakunya.
Contoh:
Radio Masyarakat oleh : Rosihan anwar
Bola Lampu oleh : Asrul Sani
Teman Duduk oleh : Moh. Kosim
Wajah yang Bembah oleh : Trisno Sumarjo
Robohnya Surau Kami oleh : A.A. Navis
d. Biografi
Bentuk prosa yang menceritakan riwayat hidup seseorang. Biografi yang menceritakan kehidupan pengarangnya sendiri disebut autobiografi. Contoh:
Hikayat Abdullah oleh: Abdullah bin Abdul kadir Munsi.
Pengalaman Masa Kecil oleh: Nur St Iskandar.
e. Drama
(Yunani: drama 'Tindakan, perbuatan'); karya sastra yang ditulis untuk dipanggungkan, dan bercorak dramatik. Sebuah drama terbagi atas beberapa penggalan yang disebut babak dan babak dibagi atas beberapa adegan.Diawali oleh prolog, yaitu kata penlampauan yang menarik perhatian penonton ke dalam suasana yang dikehendaki, dan diakhiri oleh epilog, yakni kata-kata yang mengandung iktisar seluruh cerita. Sedang percakapan antara dua pelaku disebut obrolan
Contoh:
Nyai Dasimah oleh: Rustandi
Bebasari oleh: Rustam Effendi
Kertajaya oleh: Sanusi Pane
Lukisan Masa oleh: Armijn Pane
Manusia Baru oleh: Sanusi Pane
Sandyangkalaning Majapahit oleh Sanusi Pane
Ken Arok Ken Dedes oleh: Mohamad Yamin
Sedih dan Gembira oleh:Usmar Ismail
Taufan Atas Asia oleh: El Hakim
Bulan Bujur Sangkar oleh: Iwan Simatupang
g. Unsur-unsur Karya Sastra
1. Unsur lntrinsik,
unsur-unsur yang tendapat di dalam diri karya sastra itu sendiri, yakni :
a. Tema (pokok penceritaan)
b. Alur (plot) yaitu jalinan insiden yang membangun kisah yang memiliki kekerabatan sebab-akibat
c. Penokohan/perwatakan
d. Latar (tempat, waktu, dan suasana yang melingkupi terjadinya cerita)
e. Gaya bahasa penceritaan
f. Sudutpandang
g. Amanat
2. Unsur Ekstrimik,
unsur-unsur (faktor-faktor) yang terdapat di luar karya sastra yang mempengaruhi kelahiran dan keberadaan suatu karya sastra dan mempergampang memahami karya sastra tersebut.
Faktor-faktor tersebut antara lain: biografi pengarang, agama, dan falsafah yang dianut pengarang, sejarah, dan kondisi sosial ekonomi masyrakat yang melatarbelakangi terciptanya karya sastra.
h. Persamaan dan Perbedaan Karmina, Distikon dan Gurindam
Persamaan : Sama-sama dua baris dalam satu bait
Perbedaan :
Karmina :
baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua merupakan isi. tumpuan :
lampau karang kini besi, lampau sayang kini benci.
Distikon :
ludang keringh mementingkan isi di samping irama, tidak terikat (bebas). tumpuan :
berkali kita tinggal,ulangi lagi dan cari logika
Gurindam :
baris pertama merupakan alasannya atau masalah sedangkan baris kedua merupakan akhir atau penyelesaian. tumpuan : kurang pikir kurang siasat,tentu dirimu akan sesat.
i. Persamaan dan Perbedaan antara Pantun dari Syair
Persamaan :
keduanya mempunym baris yang sama dalam satu bait, yaitu 4 baris.
Perbedaan :
sajak selesai diberirama ab-ab pada pantun dan aa-aa pada syair.
Pantun diberisi sampiran dan isi sedangkan syair merupakan rangkaian cerita.
j. Persamaan dan Perbedaan antara Pantun dan Soneta
Persamaan :
oktaf (8 baris pertama) pada soneta melukiskan alam sama halnya sampiran pada pantun, dan sektet (6 baris terakhir) merupakan kesimpulan dari oktaf, sama halnya dengan isi pada pantun. Peralihan dari oktaf ke sektet dalam soneta disebut volta.
Perbedaan :
terletak dari rumus sajak akhir, soneta rumus persajakan balasannya masing-masing abba-abba-cdc-dcd sedangkan pantun ab-ab, dan tentu saja jumlah baris pada soneta 14 baris, terdiri dari 4 bait yakni dua buah kuatrain yang disebut oktaf dan dua buah terzina yang disebut sektet, sedangkan pantun hanya 4 baris. Pantun mewakili kesusastraan puisi usang sedangkam soneta mewakili kesusastramn puisi baru.
k. Persamaan dan Perbedaan antara Roman, Novel, dan Cerpen
Persamaan : sama-sama mewakili kesusastraan prosa baru.
Perbedaan :
a. Roman ludang keringh panjang daripada novel dan novel ludang keringh panjang daripada cerpen.
b. Roman menceritakan seluruh kehidupan dari kecil hingga mati, novel menceritakan insiden yang luar biasa yang mengubah nasib pelaku, dan cerpen hanya menceritakan insiden dalam kehidupan yang luas.
c. Roman dan novel terdiri atas beberapa alur sedangkan cerpen hanya sate alur.
l. Perbedaan antara Novel dan Hikayat
a. Novel merupakan bentuk kesusastraan gres sedangkan hikayat bentuk kesusastraan lama.
b. Novel ludang keringh pendek daripada roman sedangkan hikayat sama dengan roman.
c. Novel menceritakan kehidupan masyarakat sedangkan hikayat menceritakan kehidupan raja-raja atau dewa-dewa.
d. Novel dihiasi gambaran kehidupan yang realistis sedangkan hikayat dihiasi dongengan yang serba indah dan fantastis.
m. Aliran-aliran Kesusastraan
1. Realisme,
Aliran kesusastraan yang mengambil realitas sebagai unsur terpenting bagi karya sastra. Jadi, merupakan pedoman yang berlandaskan pada kenyataan sehari-hari yang hidup dalam suatu masyarakat.
Realisme dibagi menjadi :
a. lmpresionisme, pedoman yang mementingkan kesan sepintas dalam karya sastra.
b. Naturalisme, penggalan dari realisme, yang cenderung melukiskan segi-segi bentuk atau kebobrokan yang terdapat dalam lingkungan masyarakat.
c. Determinisme, cabang naturalisme, yang menampilkan semacam paksaan nasib atas pelakunya. Dalam hal ini nasib bukan yang dikarenakan ketidakmampuan pelaku, tetapi lantaran keadaan masyarakat, penyakit keturunan, dll.
2. Ekspresionisme,
Aliran yang menampilkan curahan atau gejolak jiwa pengarang sendiri. Kebanyakan dipakai dalarn puisi. Ekspresionisme dibagi menjadi :
a. Romantik, pedoman yang terlalu mengutamakan perasaan; bahkan kadang kala penuh angan-angan yang menyeret kita pada alam yang fantastis.
b. Simbolik, pedoman yang mempelajari pemakaian citraan yang kasatmata untuk mengungkapkan perasaan atau wangsit yang abstrak.
c. Surealisme, pedoman yang berusaha mengungkapkan efek bawah sadar.
d. Psikologisme,aliran yang mengutamakan penguraian jiwa tokoh dalam karya sastra berdasarkan teori psikologi yang dipergunakan pengarangnya.
Advertisement